Grab Di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar

Grab Di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar

Tanyakan pada konter yang tersedia

08.00 – 20.00 WITA setiap hari

1. From the baggage claim area walk towards the exit.

2. Continue walking straight through the hall towards the exit.

3. Continue to turn right towards the pickup point.

4. From the arrival exit walk towards the Grab Booth.

5. You will arrive at the pickup point near the Grab Booth.

GrabCar Airport di Bandara Sultan Hasanuddin Makasar

Setelah sukses melayani ribuan perjalanan setiap hari di enam bandar udara internasional di Indonesia sejak 2017 lalu, Grab kini meluncurkan layanan GrabCar Airport ketujuh di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.

Kerja sama strategis dengan PT Angkasa Pura I ini diharapkan dapat memperkuat akses transportasi bagi wisatawan maupun penduduk lokal, mengingat Makassar merupakan hub terbesar untuk Indonesia Timur yang melayani kepentingan bisnis maupun pariwisata.

Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar menjadi bandara ketujuh di Indonesia yang memiliki titik penjemputan resmi dari Grab setelah Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta Tangerang, Bandar Udara Halim Perdana Kusuma Jakarta, Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara Bandung, Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Solo, dan Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan.

Dalam sambutannya saat peluncuran, Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah berharap kerjasama ini dapat memudahkan mobilitas yang juga akan mendorong pertumbuhan sektor pariwisata.

Pada kesempatan yang sama, Ridzki Kramadibrata (President of Grab Indonesia) mengucapkan terima kasih atas kepercayaan PT Angkasa Pura I dan pemerintah kota Makassar dan berharap bahwa kehadiran layanan GrabCar Airport di Makassar dapat mendorong ekonomi lokal termasuk meningkatkan pendapatan mitra pengemudi Grab di Makassar.

Peresmian layanan Grab di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanudin Makassar ini juga menjadi salah satu bentuk nyata dukungan Grab kepada Kementerian Pariwisata melalui kampanye #JelajahIndonesiaLebihDekat yang diluncurkan Grab untuk mendukung program "‘Wonderful Indonesia" pada akhir tahun lalu.

Grab Airport menyediakan titik penjemputan resmi (Grab Pick-Up Point). Pengguna cukup memesan layanan GrabCar Airport langsung dari aplikasi Grab dan mengunjungi Grab Pick-Up Point untuk menunggu jemputan dengan tarif sesuai aplikasi.

Bagi pengguna jasa yang baru pertama kali ke Makassar, Grab menyediakan fitur Venues yang akan memberikan penumpang panduan visual (foto) dan teks untuk dapat menuju titik jemput terdekat dengan mereka, langsung dari aplikasi Grab.

Sementara itu untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan berkendara, Grab telah meluncurkan lima fitur keamanan bagi pengguna dan mitra pengemudi termasuk voice over internet protocol (VoIP) yang memberikan panggilan gratis dalam aplikasi Grab, verifikasi wajah penumpang dan mitra pengemudi untuk mengetahui identitas pengguna aplikasi melalui swafoto, bagikan perjalanan Anda (share my ride), dan tombol darurat (SOS Button), yang semuanya memungkinkan mitra pengemudi maupun penumpang melakukan mobilitas tanpa batas dan memberikan rasa tenang.

Ridzki berharap hingga akhir tahun, GrabCar Airport sudah dapat melayani belasan sampai puluhan bandar udara di seluruh Indonesia.

MotionPay, E2Pay, dan Bank Jago Gandeng ALTO untuk Transaksi QRIS UMKM

TRIBUNTRAVEL.COM - Liburan ke Makassar, Sulawesi Selatan kini makin dipermudah dengan layanan GrabCar Airport di Bandara Sultan Hasanuddin.

Traveler dapat dengan mudah mencicipi coto Makassar atau mengunjungi Karst Rammang-rammang.

Dengan satu klik, traveler bisa bertemu dengan pengemudi GrabCar di titik jemput resmi Bandara Sultan Hasanuddin Makassar.

• 6 Hotel Transit Murah Dekat Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Tarif Mulai Rp 170 Ribu

"Melalui titik jemput resmi di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanudin Makassar, kami ingin memberikan kemudahan transportasi bagi wisatawan maupun warga lokal, selain juga mendukung sektor pariwisata di Makassar," ujar President of Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata, dalam siaran pers yang diterima TribunTravel, Jumat (5/7/2019).

Bandara Sultan Hasanuddin menjadi bandara ketujuh di Indonesia yang memiliki titik penjemputan resmi dari Grab.

• 7 Kedai Coto Paling Populer di Makassar, Jangan Lupa Mampir ke Aroma Coto Gagak

"Kehadiran GrabCar Airport di Makassar memberikan pilihan moda transportasi yang mudah, aman dan nyaman bagi wisatawan maupun masyarakat lokal di Makassar. Kami harap kerjasama ini dapat memudahkan mobilitas yang juga akan mendorong pertumbuhan sektor pariwisata," kata Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah.

Cara pesan GrabCar Airport melalui aplikasi Grab

1. Buka aplikasi Grab, dan pilih layanan GrabCar seperti biasanya

2. Pilihlah layanan GrabCar Airport yang sudah tersedia.

Jika belum ada, traveler harus memperbarui aplikasi Grab terlebih dahulu.

3. Selanjutnya seperti biasa, isilah titik penjemputan dan pengantaran yang diinginkan.

Sebagai informasi, terdapat sejumlah titik penjemputan resmi (Grab Pick-Up Point) di Bandara Sultan Hasanuddin.

Traveler tinggal menunggu driver menjemput di Grab Pick-Up Point.

LIHAT JUGA VIDEO BERIKUT:

• Wisata Maros - Menyeruput Sarabba Dari Kafe di Puncak Bukit Terjal, Pemandangannya Menakjubkan

• Rekomendasi 4 Tempat Makan yang Hidangkan Lobster di Jalan Timor Makassar

• 5 Wisata Pulau Terbaik Sekitar Makassar yang Wajib Kamu Kunjungi, Lengkap dengan Tarif Speedboat

• 6 Hotel Murah di Makassar yang Cocok untuk Backpacker, Harga Dibawah Rp 200 Ribu Per Malam

(TribunTravel.com/Sinta Agustina)

Upload your creations for people to see, favourite, and share.

Sultan Hasanuddin (Dijuluki Ayam Jantan dari Timur oleh Belanda) (12 Januari 1631 – 12 Juni 1670) adalah Sultan Gowa ke-16 dan pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama Muhammad Bakir I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape. Setelah menaiki takhta, ia digelar Sultan Hasanuddin, setelah meninggal ia digelar Tumenanga Ri Balla Pangkana. Karena keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van Het Osten oleh Belanda yang artinya Ayam Jantan dari Timur. Ia dimakamkan di Katangka, Kabupaten Gowa. Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden No. 087/TK/1973, tanggal 6 November 1973.[1]

Sultan Hasanuddin, merupakan putera dari Raja Gowa ke-15, I Manuntungi Muhammad Said Daeng Mattola, Karaeng Lakiung Sultan Malikussaid Tumenanga ri Papang Batunna dan ibunya bernama I Sabbe Lokmo Daeng Takontu. Sultan Hasanuddin memerintah Kesultanan Gowa mulai tahun 1653 sampai 1669. Kesultanan Gowa adalah merupakan kesultanan besar di Wilayah Timur Indonesia yang menguasai jalur perdagangan.

Sultan Hasanuddin lahir di Makassar pada 12 Januari 1631. Dia lahir dari pasangan Sultan Malikussaid, Sultan Gowa ke-XV, dengan I Sabbe Lokmo Daeng Takuntu. Jiwa kepemimpinannya sudah menonjol sejak kecil. Selain dikenal sebagai sosok yang cerdas, dia juga pandai berdagang. Karena itulah dia memiliki jaringan dagang yang bagus hingga Makassar, bahkan dengan orang asing.

Hasanuddin kecil mendapat pendidikan keagamaan di Masjid Bontoala. Sejak kecil ia sering diajak ayahnya untuk menghadiri pertemuan penting, dengan harapan dia bisa menyerap ilmu diplomasi dan strategi perang. Beberapa kali dia dipercaya menjadi delegasi untuk mengirimkan pesan ke berbagai kerjaan.

Saat memasuki usia 21 tahun, Hasanuddin diamanatkan jabatan urusan pertahanan Gowa. Ada dua versi sejarah yang menjelaskan kapan dia diangkat menjadi raja, yaitu saat berusia 24 tahun atau pada 1655 atau saat dia berusia 22 tahun atau pada 1653. Terlepas dari perbedaan tahun, Sultan Malikussaid telah berwasiat supaya kerajaannya diteruskan oleh Hasanuddin.

Selain dari ayahnya, dia memperoleh bimbingan mengenai pemerintahan melalui Mangkubumi Kesultanan Gowa, Karaeng Pattingaloang. Sultan Hasanuddin merupakan guru dari Arung Palakka, salah satu Sultan Bone yang kelak akan berkongsi dengan Belanda untuk menjatuhkan Kesultanan Gowa.

Pada pertengahan abad ke-17, Kompeni Belanda (VOC) berusaha memonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku setelah berhasil mengadakan perhitungan dengan orang-orang Spanyol dan Portugis. Kompeni Belanda memaksa orang-orang negeri menjual dengan harga yang ditetapkan oleh mereka, selain itu Kompeni menyuruh tebang pohon pala dan cengkih di beberapa tempat, supaya rempah-rempah jangan terlalu banyak. Maka Sultan Hasanuddin menolak keras kehendak itu, sebab yang demikian adalah bertentangan dengan kehendak Allah katanya. Untuk itu Sultan Hasanuddin pernah mengucapkan kepada Kompeni "marilah berniaga bersama-sama, mengadu untuk dengan serba kegiatan". Tetapi Kompeni tidak mau, sebab dia telah melihat besarnya keuntungan di negeri ini, sedang Sultan Hasanuddin memandang bahwa cara yang demikian itu adalah kezaliman.

Pada tahun 1660, VOC Belanda menyerang Makassar, tetapi belum berhasil menundukkan Kesultanan Gowa. Tahun 1667, VOC Belanda di bawah pimpinan Cornelis Speelman beserta sekutunya kembali menyerang Makassar. Pertempuran berlangsung di mana-mana, hingga pada akhirnya Kesultanan Gowa terdesak dan makin lemah, sehingga dengan sangat terpaksa Sultan Hasanuddin menandatangani Perjanjian Bungaya pada tanggal 18 November 1667 di Bungaya. Gowa yang merasa dirugikan, mengadakan perlawanan lagi. Pertempuran kembali pecah pada Tahun 1669. Kompeni berhasil menguasai benteng terkuat Gowa yaitu Benteng Sombaopu pada tanggal 24 Juni 1669. Sultan Hasanuddin wafat pada tanggal 12 Juni 1670 karena penyakit ari-ari.

Sewaktu lahir nama beliau diberi nama Muhammad Baqir I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape, pemberi nama ini oleh Qadi Kesultanan Gowa yang juga adalah kakak iparnya sendiri (suami dari sepupu) yaitu Alhabib Syaikh Alwi Jalaluddin Bafagih (keturunan Imam Maula Aidid diHadramaut yang adalah Keturunan Nabi), kemudian ketika menjabat sebagai Sultan maka beliau mendapat gelar Sultan Hasanuddin. Namanya kini diabadikan untuk Universitas Hasanuddin, Kodam XIV/Hasanuddin dan Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin di Makassar, KRI Sultan Hasanuddin dan Jl. Sultan Hasanuddin di berbagai kota di Indonesia.